Wednesday, December 14, 2016

Kebersamaan, Tonggak Utama Kesejateraan Masyarakat



Indonesia adalah sebuah negara yang sangat kaya. Kita rakyat Indonesia telah diberkati Tuhan dengan Sumber daya alam yang sangat berlimpah. Belum lagi keberagaman flora dan fauna yang ada di Indonesia, entah itu di darat maupun di laut. Namun jika negeri kita begitu kaya, lantas kenapa masih banyak rakyat kita yang kurang sejahtera? Mungkin berbagai macam alasan telah melintas dalam pikiran kita. Mulai dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, hingga tidak meratanya pembangunan daerah-daerah di Indonesia.  Namun sadarkah kita bahwa dibalik semua itu ada hal penting yang seringkali kita abaikan, yaitu  kurangnya rasa kebersamaan antar sesama.

Kurangnya rasa kebersamaan memunculkan egoisme di kalangan masyarakat. Faham kapitalis seakan merasuk sempurna kedalam jiwa-jiwa yang haus akan kekayaan. Misalnya saja pengerukan sumber daya alam yang membabi buta. Belum lagi pejabat-pejabat pemerintahan yang dengan mudahnya memangkas uang milik rakyat demi kepentingan pribadi. Mereka tidak peduli dengan kepentingan orang banyak dan hanya mengedepankan kebahagiaan mereka. Akibatnya, banyak rakyat yang menderita. Selain itu, kurangnya rasa kebersamaan juga mampu meningkatkan angka kriminalitas. Sikap nafsi-nafsi kita membuat kita enggan untuk ber amar ma’ruf nahi munkar kepada sesama. 

Lalu sejauh mana kebersamaan memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia? Mari kita mengingat kembali sebuah peristiwa yang telah terjadi beratus-ratus abad silam. Kita tentu ingat dengan cerita tentang kemenangan yang begitu memukau oleh pasukan muslim pada perang khandaq. Keberhasilan tersebut tercapai tidak lain karena tingginya solidaritas dan kebersamaan di antara mereka. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan telah mengikat mereka sehingga mereka mampu bahu membahu menggali parit tanpa kenal lelah dan lapar. Hingga mereka mampu mencapai kemenangan.

Dari kisah di atas, dapat kita simpulkan bahwa rasa kebersamaan dan solidaritas mampu membuat seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi segala hal. Dengan bekerja sama dan saling tolong menolong, kita mampu membangun negeri kita menjadi lebih baik. Yakinlah, jika kita mampu singkirkan egoisme kita dan mulai memikirkan kepentingan orang lain, maka kesejahteraan dan kedamaian ada dalam genggaman kita. Jadi, bisakah kita memulainya dari sekarang?

Fenomena Konglomerasi Media di Indonesia

Media massa adalah  salah satu pilar demokrasi. Dalam pemerintahan, media massa tidak hanya berperan sebagai  sarana informasi dan  komunikasi pemerintah kepada masyarakat, namun juga sebagai check and balance bagi pemerintah.

Fungsi media massa sendiri adalah sebagai sarana informasi, edukasi, hiburan, dan  persuasi. Namun dewasa ini dapat kita lihat bahwa hiburan merupakan prioritas utama dalam sebuah media karena mampu  mendatangkan banyak keuntungan bagi pemilik media tersebut.

Karena saat ini media massa lebih berorientasi pada nilai komersialnya, banyak pengusaha besar menanamkan  modalnya pada media-media massa, dengan harapan modal yang mereka tanamkan dapat menghasilkan keuntungan yang berlimpah. Hal tersebutlah yang akhirnya memunculkan fenomena konglomerasi media.

Lalu, adakah dampak yang diakibatkan oleh konglomerasi media tersebut bagi masyarakat?. Tentu saja ada. Salah satunya adalah ketidak beragamannya sudut pandang konten-konten yang disajikan oleh media-media massa, sehingga berpotensi mendominasi dan mengarahkan opini-opini publik pada satu arah.

Selain itu, seperti yang kita lihat sekarang ini, para pemilik raksasa media mulai berkecimpung dalam dunia politik. Media pun digunakan oleh pemiliknya sebagai senjata untuk mengangkat citra atau menjatuhkan lawan politik. Hal tersebut telah kita rasakan pada saat pilpres tahun 2014 silam. Dengan bersenjatakan media, masing-masing pihak berusaha membangun pencitraan lewat media-media yang mereka bawahi.

Dampak lain dari monopoli media ini yaitu terkait kontrol pemilik media terhadap medianya. Sang pemilik media mempunyai kuasa penuh untuk melarang memproduksi berita yang tidak sesuai dengan keinginannya. Akibatnya, pandangan masyarakat menjadi terbatas. Opini masyarakat terkait isu-isu yang beredarpun akhirnya diarahkan sesuai apa yang dikehendaki oleh konglomerat media.

Jadi sebagai konsumen media, kita harus pintar-pintar dalam menyaring isu-isu dan juga berbagai konten yang disebarkan oleh media. Semua itu bisa saja dengan mudah disisipi misi-misi terselubung oleh para konglomerat media.